Pemenang dan Pecundang
pemenang selalu jadi bagian dari jawaban;
*****dang selalu jadi bagian dari masalah.
pemenang selalu punya program;
*****dang selalu punya kambing hitam.
pemenang selalu berkata, "Biarkan saya yang mengerjakannya untuk Anda";
*****dang selalu berkata, "Itu bukan pekerjaan saya";
Pemenang selalu melihat jawab dalam setiap masalah;
*****dang selalu melihat masalah dalam setiap jawaban.
Pemenang selalu berkata, "itu memang sulit, tapi kemungkinan bisa";
*****dang selalu berkata, "Itu mungkin bisa, tapi terlalu sulit".
Saat pemenang melakukan kesalahan, dia berkata, "saya salah";
saat *****dang melakukan kesalahan, dia berkata, "itu bukan salah saya".
Pemenang membuat komitmen-komitmen;
*****dang membuat janji-janji.
Pemenang mempunyai impian-impian;
*****dang punya tipu muslihat.
Pemenang berkata, "Saya harus melakukan sesuatu";
*****dang berkata, "Harus ada yang dilakukan".
Pemenang adalah bagian dari sebuah tim;
*****dang melepaskan diri dari tim.
Pemenang melihat keuntungan;
*****dang melihat kesusahan.
Pemenang melihat kemungkinan-kemungkinan;
*****dang melihat permasalahan.
Pemenang percaya pada menang-menang (win-win);
*****dang percaya, mereka yang harus menang dan orang lain harus kalah.
Pemenang melihat potensi;
*****dang melihat yang sudah lewat.
Pemenang seperti thermostat;
*****dang seperti thermometer.
Pemenang memilih apa yang mereka katakan;
*****dang mengatakan apa yang mereka pilih.
Pemenang menggunakan argumentasi keras dengan kata2 yang lembut;
*****dang menggunakan argumentasi lunak dengan kata2 yang keras.
Pemenang selalu berpegang teguh pada nilai2 tapi bersedia berkompromi pada hal2 remeh;
*****dang berkeras pada hal2 remeh tapi mengkompromikan nilai2.
Pemenang menganut filosofi empati, "Jangan berbuat pada orang lain apa yang Anda tidak ingin orang lain perbuat pada Anda";
*****dang menganut filosofi, "Lakukan pada orang lain sebelum mereka melakukannya pada Anda".
Pemenang membuat sesuatu terjadi;
*****dang membiarkan sesuatu terjadi.
Para Pemenang selalu berencana dan mempersiapkan diri, lalu memulai tindakan untuk menang...
Para *****dang hanya berencana dan berharap ia akan menang ...Nilai Hidup
Pernahkah
Anda jatuh pada titik di mana Anda merasa bahwa Anda tidak ingin hidup
lagi?! Cobaan hidup yang begitu berat dan tak habis-habisnya seolah
menekan Anda begitu berat, sampai-sampai Anda merasa tak kuat untuk
bertahan lagi. Hati pun berkecamuk dan mulai sering bertanya sampai
kapan Anda bakal hidup seperti ini terus.
Mungkin hal ini lebih
banyak dialami oleh seseorang dengan kepribadian yang cenderung
melankolis (pemikir yang cermat). Namun, bukan berarti seseorang dengan
karakter lain seperti kolerik (tegas dan dominan), plegmatis (stabil),
maupun sanguin (si periang yang intim) tidak pernah mengalaminya. Semua
orang pasti pernah mengalami yang namanya kejenuhan dalam hidup.
Namun,
hidup ini bukanlah tentang apa yang Anda rasakan. Hidup ini lebih
dipengaruhi dengan kemauan Anda. Kenyataan hidup menuntut kita, mau -
tidak mau, untuk menjadi orang yang kuat, tegar, sabar, dan tabah dalam
menjalani hidup.
Adakalanya kita kuat, adakalanya kita lemah.
Orang bilang ada kalanya kita di atas, ada kalanya kita di bawah. Jika
kita ingat hal itu, maka kita tidak akan menjadi orang yang mudah putus
asa. Karena apa yang kita rasakan hari ini hanyalah sementara saja.
Tidak
mengapa jika hari ini Anda merasa lemah. Tidak mengapa jika hari ini
Anda bangun dengan mood yang buruk. Segalanya tidak berakhir di situ.
Segalanya tidak berakhir saat Anda merasa semuanya buruk. Karena hidup
ini adalah proses dan proses itu baru selesai ketika kita menutup mata
untuk selamanya nanti.
Jika hari ini Anda merasa baik-baik saja,
maka bersyukurlah, dan tetaplah waspada. Jagalah hati supaya Anda tidak
mudah jatuh oleh berbagai tekanan-tekanan yang mungkin bakal timbul.
Persiapkan hati dengan kemauan untuk rela menerima segala yang mungkin
bakal terjadi.
Namun, jika pagi ini Anda bangun dengan mood yang
tidak karuan, maka cepatlah sadar dan milikilah kemauan yang keras untuk
bangkit. Kemauan Andalah yang akan menentukan sukses tidaknya hidup
Anda, bukan apa yang Anda rasakan. Bersemangatlah!!
Biarlah Sedikit Perkataanmu!
"We women talk too much, nevertheless we only say half of what we know."
Wanita
terkenal dengan kemampuan lebihnya dalam hal berbicara. Menurut survei
dan kenyataan yang ada, kaum wanita berbicara lebih banyak daripada kaum
pria.
Namun, yang jarang diketahui oleh para wanita adalah kenyataan bahwa dalam banyak bicara bakal timbul banyak masalah juga.
Mengapa?
Karena saat banyak bicara, kita jadi lalai dalam berpikir. Semua
kata-kata tiba-tiba mengalir begitu saja seiring dengan berbagai
tanggapan yang ada. Kita tidak mawas lagi dengan kata-kata yang kita
lontarkan.
Oleh karena itu, kita perlu selalu waspada dengan
perkataan kita. Apakah kita bicara benar tentang suatu hal? Apakah kita
bicara pada saat yang tepat? Semuanya itu penting untuk kita waspadai
karena perkataan yang telah diucapkan tak mungkin kita cabut kembali.
Berpikirlah
sebelum bicara. Karena apa yang kita katakan dapat membuat orang lain
bangkit atau jatuh. Apa yang kita katakan juga berpotensi membuat nama
seseorang jadi baik atau malah hancur.
Sebelum bicara, ada
baiknya kita juga menelaah terlebih dahulu. Ujilah, apakah perkataan ini
bakal menyelesaikan masalah atau justru menimbulkan masalah baru. Jika
ternyata kita tidak terlalu tahu tentang suatu hal, maka sebaiknya kita
diam.
Orang lain juga bisa marah dan menganggap kita sok tahu
jika kita bicara atau memberi komentar pada waktu yang tidak tepat. Tak
seorang pun yang mau bergaul dengan seorang yang hobi nyeletuk atau sok
tahu.
Sadarilah bahwa meski kita tahu tentang banyak hal, namun semua itu tak harus dikatakan.
Selain
itu, banyak bicara juga dapat menimbulkan kesan bahwa kita tak dapat
dipercaya. Orang bisa berpikir berkali-kali jika ingin menceritakan
sebuah rahasia pada kita karena jika sering bicara, maka potensi untuk
keceplosan juga makin besar.
Selain itu, banyak bicara membuka
peluang besar untuk kita berdosa. Manusia pada dasarnya memiliki sifat
egois. Salah satunya adalah kecenderungan suka membicarakan kebaikan
diri sendiri dan keburukan orang lain. Banyak bicara pasti menyeret kita
masuk dalam liang gosip.
Jika kita memiliki citra penggosip, maka kita akan kehilangan kepercayaan dari orang lain. Nama kita jadi jelek.
Oleh
karena itu, jagalah perkataan kita baik-baik. Keluarkan kata-kata yang
baik untuk membangun orang lain. Berkata-katalah pada saat yang tepat.
Dan, biarlah sedikit perkataanmu, agar minim pula masalah yang
ditimbulkan!